Akui Hijrah ke Korea Selatan sebagai Perjudian, Asnawi Mangkualam Kini Bertekad Lanjutkan Karier di Eropa
INSPIRASI — Tentukan risiko besar untuk mengejar impian yang lebih tinggi, Asnawi Mangkualam mengungkapkan tekadnya untuk melanjutkan karier sepakbolanya di Eropa, setelah menjalani perjalanan yang penuh tantangan dan pengorbanan.
Asnawi Mangkualam, seorang pemain sepakbola Indonesia yang dikenal sebagai kapten Timnas, telah membuat keputusan yang cukup kontroversial dengan berpindah ke Korea Selatan untuk mengejar karier sepakbolanya. Setelah tiga musim bermain di kompetisi level kedua Korea Selatan dengan Ansan Greeners dan Joennam Dragons, ia kini menetap di puncak Liga Thailand bersama Port FC. Namun, langkahnya menuai beragam tanggapan, dengan beberapa pihak menyayangkan keputusannya.
Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube Marc Klok, Asnawi membuka hati dan mengungkapkan motivasinya di balik keputusannya. Ia mengaku bahwa ia membutuhkan tantangan baru dan bercita-cita untuk bermain di kompetisi tertinggi Korea Selatan, meskipun hingga saat ini belum ada tawaran konkret yang datang.
“Saya ingin mencoba bermain di K1 karena saya sudah terbiasa dengan K2. Saya suka tantangan. Jika ada tawaran dari K1, saya akan pergi tanpa ragu. Gaji mungkin tidak sebesar pemain lain di sana, tapi saya siap menerima karena saya dari Asia Tenggara. Sulit bagi mereka untuk percaya pada pemain dari ASEAN,” ujarnya.
Namun, keputusan Asnawi untuk meninggalkan gaji besar yang ditawarkan oleh klub di Indonesia demi pengalaman bermain yang lebih tinggi di Korea Selatan, menjadi sebuah perjudian baginya. Ia mengakui bahwa impian untuk bermain di luar negeri telah lama menghantui pikirannya, meskipun orang tuanya lebih memilih agar ia tetap berkarier di Indonesia.
“Impian saya memang bermain di luar negeri. Orang tua saya ingin saya tetap di Indonesia karena di K2, gaji saya tiga kali lebih kecil daripada di PSM Makassar. Ini merupakan sebuah risiko bagi saya. Jika saya tampil bagus, saya bisa mendapatkan tawaran yang lebih baik di masa depan. Tapi jika tidak, saya kehilangan kesempatan itu,” ungkapnya dengan tulus.
Meskipun perjalanan Asnawi di Korea Selatan tidak mengecewakan, dengan performa yang cukup kompetitif, ia menghadapi kenyataan bahwa pintu untuk naik ke K1 tidak kunjung terbuka baginya. Oleh karena itu, dengan sikap yang realistis, ia menerima tawaran untuk melanjutkan karier di Liga Thailand.
“Terkadang, ketika saya kehabisan uang, saya merasa ingin kembali ke Indonesia. Dengan mendapatkan gaji besar, saya juga bisa membantu keluarga saya. Sebagai seorang pesepakbola, mungkin saya akan pensiun pada usia 36 tahun. Jika saya tidak memiliki tabungan, semuanya akan berakhir setelah itu,” paparnya dengan bijak.
Melalui perjuangan dan pengalaman pahit-manisnya, Asnawi Mangkualam memberikan gambaran tentang bagaimana impian dapat menjadi pemicu untuk menghadapi risiko dan mengambil langkah-langkah yang berani demi meraih kesuksesan.
Dalam dunia sepakbola yang keras dan kompetitif, keputusan yang diambil tidak selalu mudah, namun dengan tekad yang kuat dan semangat yang tak pernah padam, segala hal menjadi mungkin untuk dicapai. (***)