Dilema di Lapangan: Kisah Andi Zulkifli Makkasau Menjelang Final Tanuntung vs Gunturu
INSPIRASI — HERLANG, Menjelang pertandingan bergengsi yang penuh aroma persaingan antara Kesebelasan Kelurahan Tanuntung dan Desa Gunturu, suasana semakin memanas. Dalam dunia sepak bola lokal, pertandingan ini bukan sekadar adu keterampilan, melainkan juga pertemuan dua tim dengan sejarah panjang. Andi Zulkifli Makkasau, pelatih Kelurahan Tanuntung, mencurahkan isi hatinya melalui sebuah postingan penuh perasaan di Facebook pribadinya, memperlihatkan betapa dalam ikatan emosional yang terjalin dalam setiap laga yang mempertemukan kedua tim ini.
Andi Zulkifli mengisahkan awal mula perjalanan karir sepak bolanya sejak tahun 1996-1997, ketika ia masih duduk di bangku kelas 3 SMP dan mulai bergabung dengan tim senior. Kenangan manis sekaligus dilematis pun hadir setiap kali Kelurahan Tanuntung bertemu dengan Desa Gunturu. “Kenapa? Karena orang tua saya, dari bapak berasal dari Hero (Gunturu) sementara ibu saya dari Langnge Langnge (Tanuntung),” tulisnya. Ini bukan hanya pertandingan bagi Andi Zulkfli tetapi juga sebuah reuni keluarga yang penuh dengan kenangan dan emosi.
Cerita menjadi semakin menarik ketika ia mengingat bagaimana dahulu, saat masih bermain di lapangan, sering kali muncul kelucuan dan dilema. “Saya disuruh agar tidak main ngotot karena yang saya lawan semua keluarga, kakak sepupu dan paman saya. Bahkan, saya pernah berhadapan dengan adik kandung dari bapak saya di lapangan. Otomatis saya kena mental,” kenangnya. Bagi Andi Zulkifli pertandingan ini selalu menjadi lebih dari sekadar kompetisi; ini adalah pertemuan keluarga yang membingungkan.
Andi Zulkifli juga mengungkapkan dilema yang selalu menghantui setiap kali ia bertanding. “Masalahnya muncul di sini, kalau tidak main ngotot kalah, tapi kalau main ngotot dosa,” ujarnya sambil menyertakan emoji tawa. Pertandingan ini selalu menempatkannya di antara dua pilihan sulit: bermain sekuat tenaga dan berisiko melukai perasaan keluarganya atau bermain santai dan menerima kekalahan.
Namun, pertandingan hari ini akan berbeda. Kedua tim ini akan kembali bertemu di partai final, namun kali ini Andi Zulkifli tidak akan bermain langsung di lapangan, melainkan akan mendampingi tim IKBT Tanuntung sebagai pelatih. “Jadi bebannya tidak terasa berat karena saya tidak terlibat langsung di tengah lapangan,” tambahnya. Meskipun tidak bermain, Andi Zulkifli tetap merasakan tekanan dan tanggung jawab sebagai pelatih yang harus memimpin timnya menuju kemenangan.
Dengan penuh kebijaksanaan, Andi Zulkifli menutup postingannya dengan harapan besar. “Siapapun pemenangnya besok (hari ini), itulah yang terbaik. Tampilkan permainan cantik, sportif, dan yang bisa memanjakan mata penonton.” Pesannya jelas, permainan yang indah dan sportif lebih penting daripada sekadar menang atau kalah.
Pertandingan ini tidak hanya tentang siapa yang menang atau kalah, tetapi juga tentang bagaimana semangat, cinta, dan sejarah bisa menyatu di tengah lapangan hijau. Sebuah pertandingan yang pasti akan diwarnai dengan kenangan manis dan semangat persaudaraan. Dalam setiap tendangan, setiap tekel, dan setiap gol, ada cerita yang terjalin antara dua desa yang bersaing namun tetap bersaudara. Andi Zulkifli Makkasau dengan semua kenangan dan harapannya akan berada di pinggir lapangan, mengarahkan timnya dengan semangat yang sama seperti ketika ia pertama kali menginjakkan kaki di lapangan sepak bola bertahun-tahun yang lalu. (Edy Iswandi)