In Memorial Mochtar Pabottingi : Sosok Berilmu Tetapi Rendah Hati dan Santun


PROFIL TOKOH — Penulis sekaligus pemerhati politik Mochtar Pabottingi meninggal dunia pada Minggu (4/6/2023) pukul 00.30 WIB.

Prof Dr Mochtar Pabottingi meninggal dunia di usia 77 tahun. Ia lahir di Bulukumba, Sulawesi Selatan tanggal 17 Juli 1945.

Sebagai seorang penulis, Mochtar banyak menciptakan puisi, artikel dan esai. Akan tetapi, semasa hidupnya, Mochtar lebih dikenal sebagai seorang peneliti.

Mochtar pernah menjabat sebagai peneliti utama bidang perkembangan politik nasional di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang saat ini dikenal sebagai BRIN.

Alhasil, negeri kita kehilangan salah seorang cendekiawan-intelektual yang selalu memikirkan masalah bangsa. 

Mochtar dikenal punya kepekaan observasi dan ketajaman analisisnya dalam menulis. Tulisannya bernas dengan gaya khas. Gagasan-gagasannya selalu menginspirasi.

Mochtar juga dikenal sebagai seorang yang berilmu, tetapi rendah hati, bicaranya santun, tidak pernah meremehkan orang lain, termasuk yang lebih muda. 

Tak heran kalau Mochtar kerap kali disebut sebagai pemikir kebangsaan dan demokrasi yang jujur, berani, lurus, tak pernah ’terbeli’ oleh kekuasaan”.

Mochtar Pabottingi menambah deretan tokoh asketis intelektual. Cendekiawan yang mencari, mengekspresikan, dan menghayati keilmuan dengan sikap intelektual yang tidak larut pada kebendaan dan kekuasaan. 

Soal politik, Mochtar tidak pernah terlibat dalam politik praktis, kajian disampaikan sebagai akademikus. 

Mochtar Pabottingi masuk dalam deretan  penulis top Indonesia, terutama puisi. Sejumlah puisinya dipilih Linus Suryadi AG dimuat dalam antologi puisi Tonggak 3 (1987).

Namun banyak orang mengenal ia sebagai seorang peneliti daripada penulis puisi. Mochtar lama menjadi Peneliti Utama bidang perkembangan politik nasional di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Martabat manusia adalah keprihatinannya. Dia ungkapkan dalam kalimat: Di setiap negara yang lebih tegar menjunjung keadilan bagi segenap warganya, kemerdekaan akan lebih berprogresi ke arah pembangunan keadaban.

Tahun 1973 ia menamatkan kuliahnya di Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada. Tahun 1984 lulus M.A. dari Universitas Massachusets, Amerika Serikat, dan tahun 1989 lulus Ph.D. dari Universitas Hawaii, Honolulu, Amerika Serikat.

Ia pernah menjadi redaktur Mercu Suar dan Harian Kami (keduanya edisi Sulawesi Selatan), Ketua Seni Budaya Muslim Indonesia di Ujungpandang, penggiat Teater Gadjah Mada, redaktur majalah Titian, dan sebagai peneliti LIPI di Jakarta. (***)

Hasil Karya

Ketika menjadi mahasiswa pernah menjuarai lomba deklamasi se-Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi sutradara dan bermain drama dalam grup Teater Gadjah Mada.

Ia menulis puisi, esai, cerita pendek, dan artikel. Tulisannya itu dimuat di majalah dan surat kabar Pelopor Yogya, Basis, Horison, Budaya Jaya, Prisma dan Tempo. Puisinya juga dimuat dalam antologi puisi Tonggak 3 (1987), dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dimuat dalam antologi puisi On Foreign Shores: American Images in Indonesian Poetry (1990).

Ia menjadi redaktur buku kumpulan esai berjudul: Islam: Antara Visi, Tradisi dan Hegemoni Bukan Muslim, (1986).

Buku kumpulan puisinya adalah Suara Waktu (Erlangga, 1999) dan Rimba Bayang-Bayang (Kompas, 2003). Selain itu, ia juga pernah menerbitkan sebuah novel bertajuk Burung-Burung Cakrawala (2013)

Berita Terkait

Top