Prihatin Minimnya Keterwakilan Perempuan, “Golla Ejayamo” Siap Duduki Parlemen


INSPIRASI — HERLANG, Saat ini keterwakilan perempuan Indonesia di parlemen masih sangat rendah. Data dari World Bank (2019) mencatat Indonesia menduduki peringkat ke-7 se-Asia Tenggara untuk keterwakilan perempuan di parlemen.

Editor : Edi Iswandi 

Rendahnya angka keterwakilan perempuan di parlemen hampir merata di seluruh Indonesia. Fakta ini  tentu saja sedikit banyak berpengaruh terhadap isu kebijakan terkait kesetaraan gender termasuk belum mampu merespon masalah utama yang dihadapi oleh perempuan.

Di Kabupaten Bulukumba, khususnya Daerah  Pemilihan (Dapil) 4 Bulukumba, keterwakilan perempuan sangatlah minim. Saat ini Dapil 4 hanya diisi seorang Andi Rantinah Amin dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Sebelumnya ada Andi Murniati Makking dari Partai Demokrat. Tapi sesaat sebelum maju sebagai calon Wakil Bupati Pilkada dua tahun silam ia mundur sebagai wakil rakyat. Ia digantikan Muhammad Sabir. 

Fenomena minimnya kaum feminis di parlemen menjadi keprihatinan tersendiri bagi Epy Anriani. Menurutnya, perlu peningkatan partisipasi legislator perempuan di parlemen supaya pengambilan keputusan politik yang lebih akomodatif dan substansial.

Selain itu, kata Srikandi bertagline “Golla Ejayamo” ini partisipasi perempuan di parlemen akan menguatkan demokrasi yang senantiasa memberikan gagasan terkait perundang-undangan pro perempuan dan anak di ruang publik,

Epy Anriani adalah seorang pemerhati sosial kemayarakatan yang kerap mengkritisi isu-isu kemasyarakatan dan pemerintahan  lewat media sosial. Ia adalah seorang perempuan kelahiran Desa Tugondeng, Kecamatan Herlang. Kesehariannya banyak dihabiskan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT)  sambil berkebun, mengolah dan berbisnis gula merah. 

“Saya ini dari ibu rumah tangga biasa yang sehari-hari bergelut di kebun dan cukup di rumah merasa terpanggil dengan minimnya perwakilan perempuan apalagi dari Herlang Kajang. Mencoba mengambil peran dengan hastag #Golla__ejayyamo karens latar belakang dari ibu rumah tangga sekaligus petani dan pedagang gula merah.” katanya. 

Ketika diberi amanah sebagai wakil rakyat Dapil 4 Bulukumba yang meliputi Kajang – Herlang, Epy berjanji akan berjuang maksimal terhadap dapilnya khususnya kaum perempuan. 

“Karena saya emak-emak tentu yang perlu diprioritaskan penguatan basis ekonomi perempuan sesuai sosio ekonomi masing-masing di setiap desa,” katanya kepada JEJAKTOKOH.COM, Sabtu (04/03/3023).

Sejauh ini Epy lagi menimbang-nimbang partai apa yang cocok dan bisa mengakomodir  visi misinya khususnya yang berkaitan dengan keberpihakan perempuan. Epy mengaku sudah ada beberapa partai yang mengajak untuk bergabung. 

“Melihat dulu potensi pemetaan caleg dari beberapa partai yang menawarkan serta melihat hasil apakah tertutup atau terbuka,” katanya.

Selain prihatin soal minimnya keterwakilan perempuan, Epy juga prihatin minusnya wakil rakyat asal (kelahiran, red) Herlang. Hal ini tentu saja berpengaruh pada posisioning Kecamatan Herlang  dalam pengambilan keputusan politik. 

Epy bercerita bagaimana aspirasinya sebatas musrembang, setelah itu tak jelas juntrungannya. Epy menduga hubungan antara legislatif dan eksekutif yang kerap panas dingin menjadi salah satu penyebabnya 

“Aspirasi kami sebatas musrembang setelah itu hilang entah kemana. Jadi ada istilah ‘ejapi nadoang’. Tapi kembali lagi pasti tidak lepas dari tupoksi anggota DPRD tidak lepas dari keharmonisan legislatif dan eksekutif pastinya,” begitu dugaan Epy. 

Bukan hanya Musrembang yang disorot Epy. Kunjungan kerja jemput aspirasi konstituen  yang kerap disebut reses hanya jadi wadah menampung aspirasi minim realisasi. 

Sekadar diketahui reses atau masa reses adalah masa di mana wakil rakyat  melakukan kegiatan di luar masa sidang, terutama di luar gedung parlemen. Misalnya untuk melakukan kunjungan kerja, baik yang dilakukan anggota secara perseorangan maupun secara berkelompok. 

“Aspirasi masyarakat Herlang selalu ditampung tapi mungkin hanya sebatas reses,” katanya. (***)

Berita Terkait

Top