Purnabakti, Instruktur Bahar Sudah Cetak Ribuan Teknisi Las
PROFIL TOKOH – Jadi guru itu berat. Sisi beratnya adalah kemampuan diri untuk menempatkan sebagai teladan bagi siapapun. Termasuk teladan bagi seluruh anak didik. Karena satu kesalahan dalam perilaku guru, dapat menghancurkan reputasi kewibawaan yang selama ini dibangun.
Itulah terlintas dalam benak seorang Bahar, instruktur Balai Latihan Kerja (BLK) Bulukumba. Instruktur las ini tak bisa membayangkan ketika seorang anak didik memprotes teguran yang kita lakukan hanya karena kita justru melakukan apa yang kita tegurkan pada anak didik kita.
Dengan dasar itu, Bahar yang lahir di Manipi Sinjai, 31 Desember 1964 ini menghindar dari seorang pendidik ketika kelak ia jadi abdi negara atau Aparatur Sipil Negara (ASN).
Akhirnya ia pilih jadi tenaga instruktur di BLK Bulukumba yang kala itu, tahun 1986 berada di bawah kendali Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Di tahun itu, Bahar yang menghabiskan masa-masa sekolah SD dan SMP di Manipi Sinjai mendaftar jadi pegawai.
“Kami iseng, coba-coba mendaftar jadi pegawai akhirnya diterima, Kami pilih instruktur “kenangnya.
Dalam benak Bahar, instruktur adalah seorang pegawai yang mengurus administrasi atau berkas-berkas peserta pelatihan.
Tapi ternyata sungguh jauh dari perkiraan Bapak dua putri ini. Instruktur adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan pelatihan dan pembelajaran kepada peserta pelatihan di bidang atau kejuruan tertentu.
Ya kerja-kerja nyaris sama dengan guru. he..he…Profesi yang sangat dihindari oleh pria beragam keahlian ini. Sebut saja, las listrik SMAW, mesin produksi, plumbing dan sheet metal ini. Tapi apa boleh buat. Kepalang basah. “Terlanjur basah, mandi sekalian, “katanya penuh canda.
Seiring dengan berjalannya waktu, profesi instruktur sudah mulai bersahabat dengannya. Apatahlagi menjadi teknisi las menjadi impian alumni Diklat Dasar Instruktur BLK Banjar Baru, Kalimantan Selatan, 1987 – 1989.
Tak terhitung teknisi las yang dilahirkan alumni Diploma tiga IKIP Ujung Pandang tahun 1990 ini.
“Sudah tidak bisa dihitung. Ribuan pencari kerja telah kami didik dan bekali keterampilan las. Banyak yang bikin usaha mandiri namun tak sedikit juga terserap di dunia industri, “kata Bahar yang telah mengabdi di BLK selama 37 tahun.
Membuat usaha mandiri dan terserap di dunia industri memang menjadi harapan pria yang pernah memperoleh penghargaan Satya lencana dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudoyono.
“Kami selalu memberikan motivasi kepada siswa-siswa kami untuk menyerap ilmu dan keterampilan dari BLK sebanyak mungkin untuk jadi bekal ketika berstatus alumni, “pesan alumni Diklat BLKI Makassar selama satu tahun.
Di mata rekan kerja, Bahar termasuk pribadi yang humble, mudah bersahabat dan terbuka kepada siapa saja. “Beliau pribadi yang baik, mudah terima saran, “kata Syamsuddin, rekan kerja Bahar di BLK Bulukumba.
Pun demikian di mata pimpinan balai, H. Yusuf. Menurutnya, Bahar adalah pribadi yang bisa diajak kerjasama. “Beliau orang baik. Terima kasih atas pengabdian dan kerjasamanya membangun BLK, “katanya.
Bahar yang juga alumni STM Orde Baru, Makassar ini sudah mempersiapkan aktivitas baru pasca jadi purna bakti. Ia telah merintis dan mendirikan usaha pengelasan di Desa Taccorong.
“Sudah ada usaha las di Taccorong sebagai kesibukan baru, “tutupnya. (***)