Revolusi Pelayanan Publik: Borongrappoa Memimpin Era Digital di Bulukumba
INSPIRASI — KINDANG, Di kejauhan, di tepian Kabupaten Bulukumba, terdapat sebuah kelurahan kecil yang mewakili inovasi terkini dalam pelayanan publik. Bernama Borongrappoa, namanya tidak terdengar begitu megah seperti kota-kota besar, namun kelurahannya menorehkan sejarah baru dalam pelayanan administratif.
Bulan Mei telah melambai keberuntungannya pada tahun ini, membawa angin segar yang tak terduga bagi warga Borongrappoa. Sebuah inisiatif mulia muncul dari balik teriknya sinar matahari yang menggantung rendah di ufuk. Pemerintah kelurahan memperkenalkan sesuatu yang baru, sesuatu yang revolusioner dalam pandangan mereka: pelayanan daring.
Pelayanan daring bukan sekadar sebuah konsep abstrak di sana. Ia adalah perwujudan nyata dari kemajuan teknologi yang tak kenal lelah. Dengan berani, Kelurahan Borongrappoa membawa layanan ini ke jantung masyarakatnya. Tanpa harus repot-repot menghadap petugas di kantor, urusan sehari-hari bisa diatasi hanya dengan sentuhan jari di layar ponsel atau PC.
“SIPAMMASE,” begitu nama yang gemerlapan dalam sejarah kecil mereka. Sistem Informasi Pelayanan Administrasi Masyarakat Secara Elektronik menjadi tonggak awal bagi perubahan besar di kelurahan ini. Sebuah persembahan dari kebijakan pemerintah yang berani. Kebijakan yang jarang terjadi di pelosok-pelosok negeri, namun menjadi nyata di Borongrappoa.
Dengan diiringi aplikasi Srikandi, mereka membuka lembaran baru dalam tata kelola pemerintahan yang lebih dari sekadar efektif dan transparan. Inovasi ini menghapus batas-batas geografis, menghubungkan orang-orang dari tepi pantai hingga perbukitan yang jauh. Andi Nursulaeni, lurah yang berkharisma, tersenyum dengan bangga dalam wawancaranya.
“Tidak perlu datang ke kantor, semua urusan bisa selesai dengan cepat,” katanya dengan mantap kepada JEJAKTOKOH.COM, dalam satu hari Kamis yang berangin sejuk. Meskipun dirinya sedang terjebak di keramaian kota lain, Borongrappoa tetap berputar dengan seirama, berkat layanan daring yang diperkenalkan.
Kini, bayangan-bayangan digital melintas di lorong-lorong kelurahan. Dinding-dinding rumah tradisional, seakan menyaksikan revolusi kecil yang terjadi di sini. Pergeseran dari waktu ke waktu, dari pertemuan tatap muka hingga pesan singkat di aplikasi WhatsApp, mengubah cara mereka memandang kehidupan sehari-hari.
Masyarakat yang awalnya menghadapi tantangan untuk menjangkau kantor pemerintah, kini menemukan kenyamanan di ujung jari mereka. Sebuah perjalanan singkat dari mengetuk pintu berlapiskan kayu ke mengetuk ikon di layar sentuh. Perubahan yang tak terelakkan, meski beberapa mungkin merasa perubahan itu datang terlalu cepat.
Namun, Borongrappoa bukan hanya tentang teknologi. Ia adalah kisah tentang keberanian untuk melangkah maju di jalur yang belum dijelajahi. Tentang bagaimana sebuah kelurahan kecil mengukir namanya dalam lembaran sejarah administratif modern. Di ujung sana, mereka tidak hanya menemukan kemudahan, tetapi juga kebanggaan akan identitas mereka sendiri.
Pada akhirnya, ini adalah tentang manusia. Tentang bagaimana teknologi dapat menyatukan hati dan pikiran, meski hanya sekejap dalam sinyal-sinyal yang melintas di udara. Kelurahan Borongrappoa tidak lagi hanya sekadar nama di peta, tetapi lambang dari apa yang dapat dicapai ketika kita bersatu dalam tekad yang kuat.
Jadi, ketika matahari terbenam di ufuk barat Bulukumba, boranglah mereka dalam sinar kebanggaan. Kelurahan Borongrappoa, tempat di mana masa depan bertemu masa lalu, dan mereka berjalan bersama menuju sebuah horizon yang baru, yang lebih terang karena cahaya teknologi yang tak pernah padam. (***)