Bulukumba di Tengah Badai HIV/AIDS, Kadis Kesehatan Sebut Ini Penyebabnya…
![](https://jejaktokoh.com/wp-content/uploads/2024/07/download-10.jpeg)
KABAR TOKOH — BULUKUMBA, Kabupaten Bulukumba, yang biasanya dikenal dengan keindahan pantainya di Sulawesi Selatan, kini menghadapi tantangan serius di bidang kesehatan. Selama periode Januari hingga Mei 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) melaporkan bahwa 23 orang di daerah tersebut telah terjangkit HIV/AIDS. Ini adalah angka yang mengejutkan, mengingat banyaknya upaya pencegahan dan edukasi yang telah dilakukan.
Kepala Dinas Kesehatan Bulukumba, dr. Muhammad Amrullah, menjelaskan bahwa penularan HIV/AIDS terutama disebabkan oleh hubungan seksual yang tidak aman. “Hubungan seksual yang tidak aman, baik secara oral, anal, dan genital dengan penderita HIV/AIDS, serta berganti-ganti pasangan, menjadi penyebab utama,” jelasnya. Selain itu, risiko penularan juga bisa terjadi melalui kontak darah. “Misalnya, transfusi yang tidak discerening dengan baik atau kontak luka yang terkena darah penderita,” tambahnya kepada JEJAKTOKOH.COM, Sabtu (13/07/2024)
Meskipun dr. Amrullah tidak menyebutkan secara spesifik titik-titik lokasi penyebaran HIV/AIDS, ia mengungkapkan bahwa wilayah kota Bulukumba, khususnya Ujung Bulu, mendominasi kasus ini. “Ada beberapa kasus ditemukan di kota. Ada juga beberapa (di Bira), tapi tidak sebanyak di kota,” ujarnya.
Fenomena penyimpangan orientasi seksual menjadi perhatian serius Dinkes Bulukumba. “Penyimpangan orientasi seksual ini menjadi perhatian serius kami, karena tidak menutup kemungkinan penyebarannya telah merambah kalangan muda-mudi,” kata dr. Amrullah. Oleh karena itu, pihak Dinkes gencar melakukan edukasi dan sosialisasi mengenai bahaya HIV/AIDS. Mereka turun langsung ke masyarakat, menjangkau berbagai lapisan demi meningkatkan kesadaran dan deteksi dini kasus.
Sebelumnya beredar informasi penderita HIV/AIDS di Bukukumba didominasi oleh pria penyuka sesama jenis atau homoseksual. Bukan lagi wanita pekerja, tapi laki-laki suka laki-laki. Kurang lebih di atas 60 persen.
Dalam upaya menekan penyebaran lebih luas, dr. Amrullah menekankan pentingnya masyarakat untuk tidak ragu memeriksakan diri ke layanan kesehatan. “Masyarakat tidak perlu khawatir memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Selain kerahasiaan pasien terjamin, pengobatannya juga gratis,” tuturnya.
Di balik angka-angka ini, ada cerita-cerita individu yang mungkin belum terungkap. Setiap kasus adalah pengingat bahwa HIV/AIDS adalah masalah yang masih perlu perhatian dan aksi nyata dari semua pihak, bukan hanya dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat itu sendiri. Di tengah upaya pencegahan dan edukasi, harapan terbesar adalah agar Bulukumba dapat kembali dikenal, bukan karena kasus HIV/AIDS-nya, tetapi karena keberhasilannya dalam mengatasi tantangan ini.(***)