Buntut Warga NU Terlibat Pertemuan dengan Presiden Israel, PBNU Minta Organisasi RAHIM Copot Logo NU
KABAR TOKOH — JAKARTA, Dalam suasana yang diselimuti duka dan keprihatinan mendalam, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, mengungkapkan kesedihan yang melanda hatinya. Terdengar getir di balik suaranya saat ia menyampaikan kepada publik tentang tindakan yang merusak reputasi dan kepercayaan yang selama ini dibangun oleh NU. Sebuah organisasi bernama Pusat Studi Warisan Ibrahim untuk Perdamaian (RAHIM) dengan tidak bertanggung jawab mencantumkan logo Nahdlatul Ulama (NU) di situs resminya. Tindakan ini memberi kesan yang menyesatkan, seolah-olah ada hubungan resmi dengan NU yang sejatinya tidak pernah ada.
“Nah, ada satu hal. Baru saja kami menerima info bahwa ada satu lembaga atau organisasi bernama RAHIM yang buat website rahim.or.id. Di dalam web mencantumkan seolah-olah bagian dari jaringan organisasi ini adalah LBM NU, bahkan mencantumkan logo LBM NU,” ujar Yahya dalam konferensi pers di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (16/7) siang.
Kekecewaan semakin mendalam saat Yahya harus menghadapi kenyataan pahit bahwa lima warga NU terlibat dalam pertemuan dengan Presiden Israel, Isaac Herzog. Foto-foto pertemuan tersebut menyebar luas di media sosial, memicu kemarahan, kebingungan, dan rasa malu di kalangan masyarakat dan anggota NU. Nama-nama Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, Syukron Makmun, dan Izza Annafisah Dania kini menjadi pusat perhatian, menciptakan luka baru dalam upaya PBNU menjaga kehormatan dan integritasnya.
Dengan berat hati, Yahya menyampaikan permohonan maaf yang tulus kepada masyarakat luas. Ia menegaskan bahwa tindakan kelima warga NU tersebut tidak ada kaitannya dengan PBNU maupun lembaga-lembaga di bawahnya. Permohonan maaf ini bukan hanya sebuah formalitas, melainkan ekspresi dari rasa tanggung jawab dan penyesalan mendalam. Yahya berusaha meredakan kegelisahan publik dengan menegaskan bahwa tindakan individu-individu tersebut tidak mewakili sikap resmi NU. Namun, rasa kecewa dan kesedihan tetap terasa begitu nyata.
Ironi yang menyayat hati dari situasi ini sangat jelas. NU, organisasi yang selama ini dikenal dengan prinsip-prinsip perdamaian, kebersamaan, dan kemanusiaan, kini harus menghadapi kenyataan pahit bahwa ada pihak-pihak yang menggunakan nama dan simbol organisasi secara tidak bertanggung jawab. Yahya mengungkapkan bahwa PBNU telah melakukan klarifikasi dengan LBM NU dan menemukan bahwa tidak ada kerjasama dengan RAHIM. Logo LBM NU yang dicantumkan di situs RAHIM adalah tindakan pencatutan yang menyesatkan, menambah luka dan kesedihan di hati banyak orang.
Langkah tegas yang diambil oleh Yahya dengan meminta ketua PWNU DKI untuk memberikan klarifikasi terkait maksud dari pencatutan ini adalah sebuah keharusan. Desakan agar RAHIM segera mencabut logo NU dari situsnya adalah tindakan yang perlu dilakukan demi menjaga marwah dan nama baik NU dari segala bentuk penyalahgunaan. Yahya menegaskan bahwa organisasi tidak akan membiarkan hal semacam ini berlalu tanpa tindakan, meskipun rasa sedih dan kecewa terus membayangi.
Peristiwa ini bukan hanya ujian bagi NU tetapi juga pengingat bagi kita semua tentang betapa rapuhnya kepercayaan dan betapa pentingnya menjaga integritas, transparansi, dan kejujuran dalam setiap tindakan. Di tengah kesedihan dan keprihatinan yang mendalam, semoga hikmah dari peristiwa ini membawa perbaikan dan penguatan bagi NU serta memberikan pelajaran berharga bagi masyarakat luas. Integritas dan nama baik sebuah organisasi adalah aset yang tak ternilai harganya, dan menjaga hal tersebut adalah tanggung jawab kita bersama. Dalam duka dan keprihatinan ini, mari kita berdoa agar NU dapat bangkit kembali dengan semangat yang lebih kuat dan bijaksana. (***)