Pilkada 2024: Golkar Tumbang, Akankah Pohon Beringin Kembali Rimbun?


NEWS — MAKASSAR,  Pilkada Serentak 2024 menorehkan babak baru dalam perjalanan politik Indonesia. Namun, bagi Partai Golkar, terutama di Sulawesi Selatan, hasil yang dicapai menjadi tamparan keras. Sejumlah pimpinan Golkar daerah yang selama ini dianggap kuat justru tumbang di medan pertempuran. Erna Rasyid, Ketua Golkar Parepare, gagal memenangkan Pilkada. Hal serupa menimpa Andi Kartini Ottong di Sinjai, Usman Marham di Pinrang, hingga Rahmat Masri Bandaso di Palopo.  

Fenomena ini bukan hanya sekadar angka di atas kertas, tetapi sinyal jelas bahwa mesin politik Golkar perlu perbaikan serius. Mantan Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Nurdin Halid (NH) dengan lantang menyerukan perlunya evaluasi mendalam. “Ini bukan hanya soal kalah di Pilkada, tetapi bagaimana Golkar bisa kembali menjadi kekuatan politik yang dominan,” ujar NH seperti yang dilansir media di daerah ini, Jumat (6/12/2024).

NH bahkan sudah mengarahkan pandangan ke Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Sulsel 2025, sebagai momen kunci perubahan. Nama Taufan Pawe, yang saat ini menjabat Ketua DPD I Golkar Sulsel, disebut-sebut harus rela melepaskan posisinya. NH menyebut tiga nama potensial sebagai calon pengganti: Adnan Purichta Ichsan, Ilham Arief Sirajuddin (IAS), dan Munafri Arifuddin (Appi).  

Adnan Purichta Ichsan, Bupati Gowa dua periode, dikenal dengan kepemimpinan visionernya. Di bawah Adnan, Gowa tak hanya stabil secara politik tetapi juga mengalami kemajuan signifikan di berbagai sektor.  

Ilham Arief Sirajuddin (IAS), mantan Wali Kota Makassar, adalah tokoh senior yang memiliki pengalaman panjang dalam dinamika politik Golkar. Ia dipandang sebagai figur yang mampu menjadi penyeimbang dan mentor bagi generasi muda partai.  

Munafri Arifuddin (Appi),  wali kota terpilih Makassar, membawa energi baru dengan pendekatan modern dalam berpolitik. Sebagai Ketua DPD II Golkar Makassar, Appi dianggap mampu menarik simpati generasi muda dan urban.  

“Ketiganya memiliki rekam jejak yang jelas. Adnan dengan pengalamannya, IAS dengan kebijaksanaan politiknya, dan Appi dengan semangat barunya. Mereka adalah kombinasi ideal untuk memimpin Golkar kembali berjaya,” tegas NH.  

Selain kegagalan di Pilkada, Golkar juga harus menerima kenyataan pahit kehilangan kursi Ketua DPRD Sulsel, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. NH menegaskan bahwa hal ini harus menjadi bahan refleksi mendalam bagi kepengurusan partai saat ini.  

“Ini kegagalan yang tidak bisa dianggap remeh. Kepemimpinan baru nanti harus punya strategi yang matang, tidak hanya untuk merebut kembali kursi DPRD Sulsel, tetapi juga memperkuat posisi Golkar di Pilkada mendatang,” kata NH.  

Ia menambahkan, pengurus baru perlu memanfaatkan waktu empat tahun ke depan untuk menyusun rencana besar menuju Pemilu 2029. “Kita tidak boleh hanya fokus pada kemenangan jangka pendek. Golkar butuh strategi jangka panjang yang berkelanjutan,” tegasnya.  

Pilkada 2024 seolah menjadi panggung ujian bagi Golkar Sulsel, mengingat dampak kekalahan ini bukan hanya di tingkat lokal, tetapi juga nasional. Meski demikian, masih ada harapan di tengah keterpurukan. Figur-figur potensial seperti Adnan, IAS, dan Appi membawa semangat baru yang diharapkan mampu merevitalisasi partai.  

Kini, semua mata tertuju pada Musda Golkar Sulsel 2025. Akankah Golkar mampu bangkit dan kembali menjadi kekuatan dominan di Sulsel? Atau, akankah bayang-bayang kekalahan ini terus menghantui langkah partai beringin? Hanya waktu yang bisa menjawab, tetapi satu hal yang pasti: Golkar tidak bisa lagi berdiam diri. Momentum ini harus dimanfaatkan untuk bangkit dan menyusun strategi baru.  

Sulsel adalah medan pertempuran penting, dan Golkar harus memastikan bahwa di tahun-tahun mendatang, mereka tidak hanya hadir, tetapi juga menang.(***)

Berita Terkait

Top