Salut : Dari 12 Calon Hanya 5 yang Berani Bertarung Jadi Ketua Askab PSSI Bulukumba

CATATAN KAKI — Pada Kamis, 30 Januari 2025, tepat pukul 17.00 WITA, Askab PSSI Bulukumba menutup proses pendaftaran calon Ketua. 12 orang yang sebelumnya berani mengambil formulir kini tinggal kenangan. Ternyata, hanya 5 orang yang betul-betul punya keberanian untuk bertarung memperebutkan kursi yang katanya bergengsi itu. Tentu, ini adalah sorotan besar. Sebab, ternyata tak semua yang mengaku siap memimpin benar-benar siap memikul tanggung jawab.
Ketua Panitia penjaringan, Ilham Kumbara, membeberkan fakta mengejutkan ini kepada media: Hanya ada 5 nama yang bertekad bertarung memperebutkan kursi bergengsi ini. Kelima nama itu adalah H. Patudangi Aziz, HAM. Juharta, Dhadang Darmawan, A. Faisal dan Sudirman Pung Saso.
Di sini, kita bisa membaca ada dua hal besar: pertama, “hanya 5” — yang berarti seleksi alam sudah dimulai lebih awal. Kedua, “bertekad bertarung” — apakah betul mereka siap bertanggung jawab atas mimpi-mimpi besar sepak bola Bulukumba, atau hanya sekadar ikut-ikutan karena melihat kursi yang kosong dan bergensi ?
Sungguh sebuah ironi. Seperti dalam adegan teater yang penuh drama, kita melihat 12 orang berlari mengambil formulir, bersiap dengan muka penuh harapan, lalu… tiba-tiba mundur saat panggung sudah siap. Tidak ada yang benar-benar siap menanggung beban kecuali lima orang ini. Lantas, apa yang terjadi dengan calon-calon lain? Apakah mereka hanya datang untuk melihat—atau lebih parah, mereka hanya terkejut melihat betapa beratnya kursi yang mereka incar?
Jabatan Ketua Askab PSSI Bulukumba jelas bukan tempat untuk berlari dari tantangan. Ini bukan sekadar soal ambisi pribadi atau cari nama, melainkan soal bagaimana mengelola sebuah organisasi yang bergerak di dunia olahraga, dengan harapan dan impian ribuan orang. Jika hanya sekadar memenuhi panggilan sosial tanpa memiliki visi nyata, maka lebih baik jangan masuk ke arena sama sekali.
Mungkin, dalam kekosongan ini, terselip harapan—setidaknya dari lima nama yang masih bertahan—bahwa mereka benar-benar memiliki keberanian untuk membawa Bulukumba ke dalam peta sepak bola yang lebih baik, bukan hanya sekadar berharap menjadi tokoh di balik meja. Setidaknya, mereka tak takut pada kenyataan bahwa dunia sepak bola bukan hanya soal taktik di lapangan, tapi juga tentang keberanian di balik keputusan-keputusan sulit yang harus diambil.
Jadi, marilah kita bersorak untuk lima pahlawan yang tidak kabur. Tapi ingat, ini bukan hanya soal keberanian—ini soal siapa yang benar-benar berkomitmen untuk mengubah sepak bola Bulukumba, atau sekadar berjanji di awal dan mundur di tengah jalan. (Redaksi)