OPINI : Merayakan Kemerdekaan 79 Tahun dengan Jiwa yang Masih Terjajah?


Pada tanggal 17 Agustus 2024, bangsa Indonesia akan memperingati 79 tahun kemerdekaannya. Ini adalah momentum yang sarat akan makna, sebuah refleksi dari perjuangan para pahlawan yang mengorbankan jiwa dan raga demi membebaskan negeri ini dari penjajahan. Namun, di balik kemeriahan upacara dan perayaan, ada sebuah pertanyaan besar yang perlu kita renungkan: apakah kita benar-benar telah merdeka?

Oleh : Arman, S.Pd. 

Realitas Sosial Ekonomi yang Masih Membelenggu

Meskipun secara fisik kita telah merdeka, banyak dari kita yang masih terbelenggu oleh penjajahan dalam bentuk yang berbeda. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, tingkat kemiskinan di Indonesia mencapai 9,57%, atau sekitar 26,36 juta orang. Angka ini mengingatkan kita bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang belum menikmati buah dari kemerdekaan.

Selain itu, kesenjangan ekonomi juga masih menjadi masalah besar. Indeks Gini, yang mengukur ketimpangan pendapatan, berada di angka 0,38 pada tahun 2023, menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan antara si kaya dan si miskin. Ketidakadilan ekonomi ini mencerminkan bahwa sebagian besar kekayaan negara ini masih dikuasai oleh segelintir orang, sementara mayoritas masyarakat masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Mentalitas yang Terjajah

Tidak hanya dalam aspek ekonomi, dalam hal mentalitas, banyak dari kita yang masih terjajah oleh pola pikir dan sikap yang menghambat kemajuan. Contohnya, korupsi masih merajalela di berbagai sektor pemerintahan dan swasta. Data dari Transparency International menunjukkan bahwa Indeks Persepsi Korupsi Indonesia pada tahun 2023 berada di skor 34 dari skala 100, menunjukkan bahwa korupsi masih menjadi momok yang sulit diberantas.

Budaya “asal bapak senang” atau ABS, yang seringkali lebih mementingkan pencitraan daripada substansi, juga masih melekat kuat dalam birokrasi kita. Mentalitas seperti ini menghambat inovasi dan pembaruan, yang seharusnya menjadi roh dari sebuah negara yang merdeka.

Kritik dan Saran untuk Membangun Jiwa yang Merdeka

Untuk benar-benar merdeka, kita perlu melakukan introspeksi dan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan.

Pemberdayaan Ekonomi: Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat yang tertinggal. Program-program yang lebih efektif dalam mengentaskan kemiskinan harus terus dikembangkan dan diimplementasikan secara tepat sasaran.

Pendidikan Karakter: Pendidikan yang menanamkan nilai-nilai integritas, kejujuran, dan cinta tanah air harus menjadi fokus utama. Pendidikan bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi juga pembentukan karakter yang kuat dan tangguh, sehingga generasi muda kita memiliki mentalitas yang merdeka dan bertanggung jawab.

Pemberantasan Korupsi: Korupsi harus diberantas sampai ke akar-akarnya. Penegakan hukum yang tegas dan tidak pandang bulu menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan transparan, di mana setiap warga negara mendapatkan hak dan kewajibannya secara adil.

Pengembangan Inovasi: Inovasi harus didorong di semua sektor. Pemerintah perlu menciptakan ekosistem yang mendukung lahirnya inovasi, baik dalam bidang teknologi, pendidikan, maupun ekonomi. Dengan demikian, kita dapat membangun kemandirian yang sesungguhnya.

Penutup

Merayakan kemerdekaan tidak hanya berarti mengenang perjuangan di masa lalu, tetapi juga berkomitmen untuk terus memperjuangkan nilai-nilai kemerdekaan dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita wujudkan kemerdekaan yang sejati, bukan hanya di atas kertas, tetapi juga dalam hati dan pikiran setiap rakyat Indonesia. Hanya dengan begitu, kita dapat merayakan kemerdekaan 79 tahun ini dengan penuh kebanggaan dan keyakinan bahwa kita benar-benar telah merdeka, baik secara fisik maupun mental. (***)

Penulis adalah aktivis Islam. 

Catatan : Artikel atau Opini yang dipublikasikan di JEJAKTOKOH.COM sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis. Pengelola JEJAKTOKOH.COM dapat mengedit naskah tanpa mengubah substansi artikel atau opini yang masuk ke redaksi.  

Berita Terkait

Top