Pemkab Bulukumba Minta Idul Adha Tanpa Plastik, Ini Dampaknya Jika Abai
CATATAN KAKI — Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran akan dampak negatif penggunaan plastik sekali pakai terhadap lingkungan semakin meningkat. Hal ini mendorong banyak negara dan komunitas untuk mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan, termasuk dalam praktik keagamaan dan budaya. Salah satu contoh konkret adalah larangan penggunaan plastik sebagai tempat daging kurban. Larangan ini tidak hanya didasari oleh pertimbangan ekologis, tetapi juga kesehatan dan etika keagamaan.
Pemerintah Kabupaten Bulukumba pun menyadari dampak luar biasa jika abai dengan larangan ini. Pemkab Bulukumba melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan menghimbau kepada masyarakat melalui player yang beredar luas di beberapa flatform media sosial agar Perayaan Idul Adha kali ini dirayakan tanpa sampah plastik termasuk pembungkus daging kurban dengan tidak menggunakan kantong plastik dan lebih memilih menggunakan pembungkus alternatif.
Pemkab Bulukumba berdalih kantong plastik merupakan hasil dari produk daur ulang yang mengandung zat karsinogen dan bahan kimia lainnya yang tentu saja berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Selain itu, kantong plastik merupakan jenis sampah yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai.
Sampah plastik berbeda dengan sampah lain yang dengan mudah dapat diurai oleh mikroorganisme dalam tanah. Sementara sampah jenis plastik memiliki rantai karbon yang panjang sehingga membutuhkan waktu ratusan, bahkan ribuan tahun agar dapat hancur secara alami. Selama itu pula sampah plastik akan tetap menjadi sampah yang mencemari bumi.
Beberapa dampak yang ditimbulkan jika kita abai terhadap larangan penggunaan dampak plastik. Tim Editorial JEJAKTOKOH.COM mencoba merangkumnya :
Dampak terhadap Lingkungan. Plastik sekali pakai memiliki siklus hidup yang sangat singkat namun dampaknya terhadap lingkungan sangat panjang. Plastik memerlukan waktu ratusan tahun untuk terurai secara alami. Ketika dibuang sembarangan, plastik dapat mencemari tanah dan air, serta mengancam kehidupan satwa liar yang sering kali mengira plastik sebagai makanan. Mikroplastik yang terlepas dari sampah plastik juga dapat masuk ke rantai makanan, termasuk konsumsi manusia, yang berpotensi menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Penggunaan plastik untuk membungkus daging kurban, yang biasanya dalam jumlah besar selama hari raya Idul Adha, dapat memperparah masalah sampah plastik. Setiap tahun, jutaan hewan disembelih untuk kurban, menghasilkan volume daging yang sangat besar. Jika semua daging ini dibungkus dalam plastik sekali pakai, bayangkan berapa banyak sampah plastik yang dihasilkan hanya dalam beberapa hari.
Dampak Terhadap Kesehatan. Selain masalah lingkungan, penggunaan plastik sebagai pembungkus daging juga dapat menimbulkan risiko kesehatan. Beberapa jenis plastik mengandung bahan kimia berbahaya seperti bisphenol A (BPA) dan ftalat, yang dapat larut ke dalam makanan terutama jika terpapar suhu tinggi atau lemak. Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bahan kimia ini dapat berdampak buruk bagi kesehatan, termasuk gangguan hormon, masalah reproduksi, dan peningkatan risiko kanker.
Perspektif Keagamaan. Dalam perspektif Islam, menjaga kebersihan dan kesehatan adalah bagian dari ajaran agama. Islam mengajarkan untuk tidak menimbulkan kerusakan di bumi dan menjaga lingkungan. Dalam konteks ini, menggunakan plastik sekali pakai yang merusak lingkungan dan berpotensi membahayakan kesehatan tidak sejalan dengan prinsip-prinsip Islam. Oleh karena itu, banyak ulama dan organisasi keagamaan yang mulai mendorong umat untuk mencari alternatif lain yang lebih ramah lingkungan.
Alternatif Pengganti Plastik. Untuk mengurangi penggunaan plastik, beberapa alternatif yang dapat digunakan antara lain:
1. Daun Pisang. Di banyak daerah, daun pisang telah lama digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional. Selain ramah lingkungan, daun pisang juga alami dan tidak mengandung bahan kimia berbahaya.
2. Kertas Minyak atau Kertas Lilin. Kertas ini dapat menjadi alternatif yang baik untuk membungkus daging karena dapat terurai secara alami dan tidak mengandung bahan kimia berbahaya.
3. Wadah Stainless Steel atau Kaca. Meskipun lebih mahal, wadah ini bisa digunakan kembali sehingga mengurangi limbah secara signifikan.
4. Kantong Kain. Kantong kain yang dapat dicuci dan digunakan kembali juga merupakan pilihan yang baik. Ini adalah solusi jangka panjang yang dapat mengurangi ketergantungan pada plastik.
Implementasi dan Edukasi
Untuk mengimplementasikan larangan ini, perlu adanya kerjasama antara pemerintah, organisasi keagamaan, dan masyarakat. Pemerintah bisa mengeluarkan peraturan resmi dan menyediakan fasilitas pengelolaan sampah yang baik. Organisasi keagamaan dapat mengedukasi umat tentang pentingnya menjaga lingkungan sesuai dengan ajaran agama. Sementara itu, masyarakat perlu didorong untuk berpartisipasi aktif dan beradaptasi dengan kebiasaan baru yang lebih ramah lingkungan.
Kesimpulan
Larangan penggunaan plastik sebagai tempat daging kurban merupakan langkah penting dalam upaya menjaga lingkungan dan kesehatan. Dengan mencari dan menggunakan alternatif yang lebih ramah lingkungan, kita tidak hanya memenuhi kewajiban keagamaan tetapi juga berkontribusi pada pelestarian bumi untuk generasi mendatang. Edukasi dan kolaborasi antara semua pihak sangat penting untuk memastikan keberhasilan implementasi larangan ini. (Redaksi)